PROFIL PAMALAYU BABEL
Sejak dihapuskannya status “Negara Bagian” dalam Republik Indonesia
Serikat (RIS) pada tahun 1950-an, wilayah Bangka Belitung (Babel)
dijadikan Daerah tingkat II dalam propinsi Sumatera Selatan. Di bawah
naungan propinsi tersebut, hampir tiga dekade wilayah Babel tidak
dikenal oleh publik Indonesia. Barulah sejak datangnya angin Reformasi
di tanah air pada tanggal 22 November 2000, masyarakat Babel
memperjelaskan statusnya menjadi wilayah otonomi, Propinsi Kepulauan
Bangka Belitung.
Dengan terwujudnya hak otonomi tersebut, sebagai pelaku pembangunan, masyarakat Babel tentunya tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal yang tak kalah pentingnya adalah juga perlu adalah memperketat Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkelanjutan, dengan terbukanya aliansi kerja antar masyarakat itu sendiri, baik pemerintah maupun swasta, lewat berbagai program yang strategis.
Hal tersebut dilakukan mengingat, yakni pada level makro adanya
fenomena global yang saat ini telah mulai menjajaki peradaban dengan
aneka latar belakang masyarakatnya yang beragam warna. Baik sosial,
budaya, suku, agama, maupun bahasa. Keragaman tersebut sejatinya harus
menjadi cerminan tradisi belajar kebersamaan untuk menapak pembangunan
kedepan yang lebih harmonis. Sementara pada level mikronya, adalah
adanya partisipasi antar masyarakat (public participation) dalam
menentukan langkah-langkah negara dan bangsa kedepan. Dalam hal ini,
pemerintah hanya sebagai fasilitator pembangunan, sementara sebagai
pelakunya adalah masyarakat itu sendiri.
Masyarakat Babel yang mayoritas beretnik Melayu, tentu harus menjadi salah satu pelopor terhadap corak kemajuan pembangunan tersebut. Harapan ini bukanlah ungkapan tanpa alasan. Hal tersebut mengingat pada akar historis peradaban Melayu yang kuat diantara belahan peradaban besar lainnya di dunia. Identitas budaya Melayu yang turut membentuk karakter Indonesia, tentu merupakan sinyal bagi generasi di wilayah Babel agar bersiap diri untuk mewujudkan makna filosofis kejayaan Melayu yang pernah ditoreh untuk zamannya waktu itu. Langkahnya tentu saja dengan bekerjasama antar komponen anak bangsa ini dengan cara mengembangkan dan memberdayakan sumber daya manusianya yang terdidik.
Sebagai motor penggerak kejayaan itu, siapa lagi kalau bukan
mempersiapkan SDM mahasiswanya yang sedang menuntut ilmu di semua
perguruan tinggi di Indonesia dan belahan dunia lainnya. Dengan cara
ini, segenap pengembangan potensi yang ada, akan lebih teroganisir.
Dengan keutuhan sistem yang dibangun secara alamiah terberdayakan
menjadi calon-calon pemimpin.
Didirikan pada 06 Juni 2004, beberapa mahasiswa yang berasal dari Babel
di Jakarta, telah berkomitmen untuk menelurkan calon-calon pemimpin
tersebut dalam sebuah wadah perjuangan, yang bersama Persatuan Mahasiswa
Melayu Kepulauan Bangka Belitung atau disingkat PAMALAYU BABEL.
0 komentar:
Posting Komentar